Home » , » Buku Financial Revolution

Buku Financial Revolution

Buku Financial Revolution

Buku Financial Revolution tung desem waringin

Buku Financial Revolution adalah buku pengetahuan tentang keuangan. Di dalamnya membicarakan tentang bagaimana kita bisa menjadi kaya, mencapai financial freedom, mampu mengumpulkan kekayaan secara masif. Buku ini ditulis oleh Tung Desem Waringin, yang terkenal dengan salam dahsyatnya. Isi buku ini (sesuai dengan yang ditulis di halaman covernya) yaitu pengetahuan tentang:
1. Bagaimana membuat uang mengejarAnda
2. Bagaimana mempunyai peternakan uang
3. Bagaimana cara orang kaya mengumpulkan uangribuan kali lebih banyak dibandingkan orang biasa dalam waktu yang sama
4. Bagaimana memulai usaha dengan kemungkinan berhasil 98%
5. Bagaimana aman secara finansial
6. Bagaimana memulai usaha tanpa modal
7. Bagaimana sebagai karyawan bisa naik gaji tiga kali dalam setahun

Sebagai catatan, bagi yang tidak setuju dengan konsep bunga (karena riba), maka harus hati-hati, dan cukuplah hanya mengambil pengetahuan cara membangun kekayaan selain dengan cara ribawi.  

Di dalam buku ini dibahas banyak hal bagaimana cara membangun kekayaan sampai menjadi financial freedom, mulai dari pengetahuan kenapa banyak orang tidak kaya, keyakinan yang benar tentang uang sampai strategi untuk kaya dengan cepat dan aman.

Berikut ini saya cuplikkan bagian “Membangun Peternakan Uang”.
Yang dimaksud peternakan uang adalah investasi yang dihasilkan cukup untuk membiayai gaya hidup kita. Investasi ini bisa berupa bisnis yang menghasilkan dengan atau tanpa kita. Juga bisa berupa royalti atas hak cipta, rumah yang dikontrakkan, atau disewakan sebagai tempat kos, saham-saham yang menghasilkan deviden, reksadana, rumah walet, dan lain sebagainya. Salah satu contohnya adalah investasi kavling tanah produktif kampung qurban Bogor.

Ada 3 prinsip untuk membangun peternakan uang: (1) menunda kesenangan, (2) alokasi aset, (3) alokasi kesenangan.
- Menunda kesenangan
Banyak orang yang ingin tampak kaya, tapi mereka tidak kaya sungguhan. Begitu penghasilan bertambah besar, mereka menyicil barang-barang konsumtif seperti rumah dan mobil. Mestinya lebih baik kita berfokus untuk membuat peternakan uang dahulu, baru kemudian membeli barang-barang konsumtif atau barang mewah.

Prinsip menunda kesenangan ini bisa kita lakukan dengan 3 hal: pertama, menunggu sampai kita mempunyai passive income yang cukup untuk membayar atau menyicil barang-barang konsumtif kita. Kedua, menunggu sampai kita mempunyai uang minimal 10 kali lebih besar daripada harga barang mewah yang kita inginkan, dan baru kemudian kita membeli barang mewah tersebut. Ketiga, menurunkan kesenangan. Misalnya , kita mampu membeli BMW seri 7 tapi kita beli BMW seri 5.

- Alokasi aset
Untuk membangun peternakan uang. Kita bisa melakukan dengan mengikuti sistem alokasi aset kita. Caranya adalah:
1. Sediakan sekian persen dari pendapatan atau income kita, dan masukkan uang tersebut ke dalam investasi yang aman. Ciri-ciri investasi aman adalah hasil investasi itu di bawah 15% dan tingkat keberhasilannya bisa diperkirakan 95% pasti hasil.
2. Sediakan sekian persen dari pendapatan atau income kita, dan masukkan uang tersebut ke dalam cadangan minimal 5-6 bulan biaya hidup, setelah itu gunakan sekian persen dari pendapatan kita dan masukkan pada investasi yang tumbuh. . Ciri-ciri investasi yang tumbuh adalah hasil investasi itu 15%-100% per bulan.
3. Sisanya silahkan dihabiskan.

- Alokasi kesenangan
Ada dua tipe orang yang salah sikapnya terhadap uang dan kesenangan. Tipe pertama, mereka begitu borosnya menikmati kesenangan hidup dan menggadaikan masa depan mereka dengan prinsip nikmati sekarang bayar belakangan, atau nikmati sekarang cicil belakang, sehingga hidup mereka tidak pernah selesai membayar hutang.

Tipe kedua, mereka begitu mengirit, pelit sampai melilit, dan tidak pernah menikmati hidup. Inilah orang yang disebut menuhankan atau mendewakan uang, karena uangnya tidak pernah digunakan hanya disembah-sembah. Walaupun kaya, orang seperti ini tidak pernah menikmati kekayaan mereka sampai mati. Sebenarnya orang seperti ini sama saja dengan orang miskin, karena memang tidak pernah menikmati kekayaan mereka. Jadi intinya perlu juga menyisihkan anggaran untuk dinikmati.



0 comments:

Post a Comment