Home » » Serial Cinta Anis Matta

Serial Cinta Anis Matta

Serial Cinta



Buku Serial Cinta Anis Matta merupakan penjabaran seri demi seri, tema demi tema tentang tiga kerangka besar cinta: dari mana sumber energinya, bagaimana proses pengelolaannya dan seperti apa hasilnya dalam berbagai obyek. Ya, tiga kerangka besar itulah yang akan kita temukan dalam uraian tentang cinta dalam buku ini. 

Buku ini merupakan kumpulan dari Serial Cinta yang ada di Majalah Tarbawi yang ditulis dalam kurun waktu tiga tahun. Melanjutkan serial selanjutnya yang juga telah dibukukan, Serial Kepahlawanan.

Dengan pendalaman filosofis yang kuat, buku ini menghadirkan tema cinta dengan perspektif yang lebih utuh, terhormat, dan kuat berdayaguna. Begitu juga pembahasan prosesnya yang komprehensif. Ia menyentuh banyak dimensi. Dari mulai cinta kepada Allah yang mengalahkan segala cinta, cinta kepada Rasulullah, hingga bagaimana cinta mereka sampai mati.

Ada banyak seri tulisan bertema cinta di dalam buku ini, namun tidak bisa kami tampilkan semua disini, cukuplah kami nukilkan sebagian tulisan tentang arti cinta yaitu “Cinta Tanpa Definisi”.
Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.

Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah semua permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejab ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap kenyang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan menjadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar. 

Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari di sekitarnya saat ia mengunggun. Atau berteduh saat matahari saat membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan. Dan seketika semuanya jadi abu. Semua jadi tiada. Seperti itulah cinta. 

0 comments:

Post a Comment